DILARANG BUANG SAMPAH DI BLOG INI

I Remember

I remember…The way you glanced at me, yes I remember

I remember…When we caught a shooting star, yes I remember
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

Do you remember..?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember..When my father thought you were a burglar
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

I remember.. The way you read your books,
yes I remember
The way you tied your shoes,
yes I remember
The cake you loved the most,
yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
yes I remember.................


~mocca~

Friday, June 12, 2009

Asal Mula Pondok Gede



Pada tahun 1775 seorang Belanda bernama Hooyman membangun sebuah gedung dengan selera campur aduk antar gaya Eropa dengan corak Jawa. Dituturkan oleh penulis Belanda bahwa interiornya dibuat dengan selera tinggi, kusen pintu dan jendela diberi ukiran indah serta langit-langit dan dindingnya diperelok denga pigura artifisial. Karena rumah ini besar, sekalipun pemiliknya merendah dengan menyebut Pondok, tetapi masyarakat setempat memanggil langoed tersebut sebagai Pondok Gede. Keberadaan Hooyman tidak banyak diceritakan dalam sejarah Pondok Gede.

Seperempat abad kemudian kepemilikan langoed Pondok Gede ini jatuh ke tangan Lendeert Miero. Dan ini orang yang aneh alias kontroversial.

Toean tanah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel adalah orang Yahudi asal Polandia yang ikut mencari nafkah di Betawi. Ia datang ke Betawi dalam keadan lontang-lantung, dan bisa bangkit menjadi Tuan Tanah kaya raya. Selain langoed Pondog Gede ia juga memiliki sebuah rumah mewah yang sampai sekarang (2003) masih bisa disaksiken kehebatannya. Gedung Arsip Nasional di terletak jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

Setelah hidup sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Maklum kalau menurut pitutur Robert “Rich Dad Poor Dad” uang sudah bekerja untuknya. Salah satu kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya melainkan hari kepedihannya.

Lho kok kepedihan?
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susah ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia terlanggar apes, kedapatan tidur nyenyak pada waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan dipantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.Ia berhasil…

Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah. Kalau soal merusak kita bisa diunggulkan.

Rumahnya yang gede, pada 1992 dirobohkan untuk dijadikan Toserba.

Banyak pihak yang menyayangkan pembongkaran tersebut, tetapi siapa perduli dengan sejarah. Jadi kalau ada yang bertanya, kenapa namanya Pondok Gede padahal pondoknya tidak ada. Itulah jawabannya

Toelisannja Mimbar Sepoetro- Joeni 2003

No comments:

Post a Comment

SEARCH