DILARANG BUANG SAMPAH DI BLOG INI

I Remember

I remember…The way you glanced at me, yes I remember

I remember…When we caught a shooting star, yes I remember
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

Do you remember..?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember..When my father thought you were a burglar
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn

I remember.. The way you read your books,
yes I remember
The way you tied your shoes,
yes I remember
The cake you loved the most,
yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
yes I remember.................


~mocca~

Tuesday, June 02, 2009

Legend Of The Origins At Lipan Lake



In the district of Muara Kaman approximately 120 km upstream in the capital Tenggarong Kutai Kartanegara regency in East Kalimantan have an area that is familiar with Lake centipede. Although called Lake, the area is not a lake like Lake Jempang and Semayang. Area that is knowledgeable of the bush and shrub growth.

Old city of Muara Kaman and the surrounding sea. Marine edge when it is in Berubus, Muara Kaman Ulu village which is well known by the name of Continental long. At that time there was a kingdom of the watercourse to its very busy as it visited the seaside.

At that time the kingdom of the daughter is a beautiful dainty. The daughter called Putri Aji Bedarah White. He was named so not because when the daughter is eating betel sepah water and swallow the water appeared red betel which is flowing through her esophagus.

Loveliness and whimsicality Putri Aji Bedarah White also heard this one by the King China soon depart with Jung large army and its troops in the harbor and the sea front of the palace Aji Bedarah White. China King is soon up to apply for land lovely daughter.

Before the King of China's proposal, by the king's first daughter was served with a meal together. But China's luck for the King, he does not know that he was tested by the middle daughter who is not only beautiful but also graceful and wise clever. Eat in the middle of the repast, daughter cringe to see the squalor of the dining guests. China King is apparently a way to eat a sip, do not take the hand but with a mouth like a dog.

How disgusted daughter Aji Bedarah White and he also felt the shoulder, as if the king does not respect China is beside himself clearly can not adapt. When the application is complete and santap China King asked, and immediately reject the daughter with the full wrath and said, "How contemptible be paired with the daughter of a man who do you eat like a dog just a sip."

Contempt of extremes, of course, raised the ire also remarkable that the King of China. Already rejected lamarannya raw, mortification also received. Because very ashamed and murkanya, there is no way other than redeemed with all the violence to subjugate Putri Aji Bedarah White. He was soon to jungnya for all the troops back with a strong army to destroy the kingdom and captivating daughter.

There were also terrible war between the Chinese army troops who have come like waves of the sea tide against army troops Aji Bedarah White. In fact the army Bedarah Aji White can not repel invasion of Chinese troops with a violent rampage. Daughter who witnessed the fight the way that is not balanced mix of feel sad furious. He has to imagine that the battle will be won by the Chinese army. Therefore the wrath arise.

Putri was immediately while eating betel say, "If I am correct this bead fairy king, so this water sirihku-centipede centipede that can destroy the King and the entire Chinese army troops." Done said so, remove the water from the mouth to the betel-way battle of the middle it happens. With a glance betel daughter before the water turns to thousands of head of the centipede-large, and with pitiless attack Chinese army troops that are a rage.

Chinese army troops who fought with the burly that destroyed one by one. Soldiers who know the centipede attack that is not challenged, the immediate run-latitude crotch to jungnya. Similarly, the King. They intend to leave soon akan Muara Kaman with a gigantic centipede, but apparently they were not given the opportunity by the centipede centipede-Muara Kaman to leave alive. Because centipede centipede-oath was to destroy the King and the Chinese army troops, then attack them with a wave continued to Jung China. King and the whole Chinese army troops can not be around to any more and finally destroyed them all. Jung also drowned them.

Meanwhile Bedarah White Aji soon disappear with the supernatural, either to go along with gaibnya and daughter, the supernatural also Sumur Water Which, as the strength of the magic kingdom. Place Jung King Chinese drowned and marine mendangkal later became a land with the knowledgeable and it is now referred to by the name of Lipan Lake ...

Versi Indonesia :

Di kecamatan Muara Kaman kurang lebih 120 km di hulu Tenggarong ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur ada sebuah daerah yang terkenal dengan nama Danau Lipan. Meskipun bernama Danau, daerah tersebut bukanlah danau seperti Danau Jempang dan Semayang. Daerah itu merupakan padang luas yang ditumbuhi semak dan perdu.

Dahulu kala kota Muara Kaman dan sekitarnya merupakan lautan. Tepi lautnya ketika itu ialah di Berubus, kampung Muara Kaman Ulu yang lebih dikenal dengan nama Benua Lawas. Pada masa itu ada sebuah kerajaan yang bandarnya sangat ramai dikunjungi karena terletak di tepi laut.

Terkenallah pada masa itu di kerajaan tersebut seorang putri yang cantik jelita. Sang putri bernama Putri Aji Bedarah Putih. Ia diberi nama demikian tak lain karena bila sang putri ini makan sirih dan menelan air sepahnya maka tampaklah air sirih yang merah itu mengalir melalui kerongkongannya.

Kejelitaan dan keanehan Putri Aji Bedarah Putih ini terdengar pula oleh seorang Raja Cina yang segera berangkat dengan Jung besar beserta bala tentaranya dan berlabuh di laut depan istana Aji Bedarah Putih. Raja Cina pun segera naik ke darat untuk melamar Putri jelita.

Sebelum Raja Cina menyampaikan pinangannya, oleh Sang Putri terlebih dahulu raja itu dijamu dengan santapan bersama. Tapi malang bagi Raja Cina, ia tidak mengetahui bahwa ia tengah diuji oleh Putri yang tidak saja cantik jelita tetapi juga pandai dan bijaksana. Tengah makan dalam jamuan itu, puteri merasa jijik melihat kejorokan bersantap dari si tamu. Raja Cina itu ternyata makan dengan cara menyesap, tidak mempergunakan tangan melainkan langsung dengan mulut seperti anjing.

Betapa jijiknya Putri Aji Bedarah Putih dan ia pun merasa tersinggung, seolah-olah Raja Cina itu tidak menghormati dirinya disamping jelas tidak dapat menyesuaikan diri. Ketika selesai santap dan lamaran Raja Cina diajukan, serta merta Sang Putri menolak dengan penuh murka sambil berkata, “Betapa hinanya seorang putri berjodoh dengan manusia yang cara makannya saja menyesap seperti anjing.”

Penghinaan yang luar biasa itu tentu saja membangkitkan kemarahan luar biasa pula pada Raja Cina itu. Sudah lamarannya ditolak mentah-mentah, hinaan pula yang diterima. Karena sangat malu dan murkanya, tak ada jalan lain selain ditebus dengan segala kekerasaan untuk menundukkan Putri Aji Bedarah Putih. Ia pun segera menuju ke jungnya untuk kembali dengan segenap bala tentara yang kuat guna menghancurkan kerajaan dan menawan Putri.

Perang dahsyat pun terjadilah antara bala tentara Cina yang datang bagai gelombang pasang dari laut melawan bala tentara Aji Bedarah Putih. Ternyata tentara Aji Bedarah Putih tidak dapat menangkis serbuan bala tentara Cina yang mengamuk dengan garangnya. Putri yang menyaksikan jalannya pertempuran yang tak seimbang itu merasa sedih bercampur geram. Ia telah membayangkan bahwa peperangan itu akan dimenangkan oleh tentara Cina. Karena itu timbullah kemurkaannya.

Putri pun segera makan sirih seraya berucap, “Kalau benar aku ini titisan raja sakti, maka jadilah sepah-sepahku ini lipan-lipan yang dapat memusnahkan Raja Cina beserta seluruh bala tentaranya.” Selesai berkata demikian, disemburkannyalah sepah dari mulutnya ke arah peperangan yang tengah berkecamuk itu. Dengan sekejap mata sepah sirih putri tadi berubah menjadi beribu-ribu ekor lipan yang besar-besar, lalu dengan bengisnya menyerang bala tentara Cina yang sedang mengamuk.

Bala tentara Cina yang berperang dengan gagah perkasa itu satu demi satu dibinasakan. Tentara yang mengetahui serangan lipan yang tak terlawan itu, segera lari lintang-pukang ke jungnya. Demikian pula sang Raja. Mereka bermaksud akan segera meninggalkan Muara Kaman dengan lipannya yang dahsyat itu, tetapi ternyata mereka tidak diberi kesempatan oleh lipan-lipan itu untuk meninggalkan Muara Kaman hidup-hidup. Karena lipan-lipan itu telah diucap untuk membinasakan Raja dan bala tentara Cina, maka dengan bergelombang mereka menyerbu terus sampai ke Jung Cina. Raja dan segenap bala tentara Cina tak dapat berkisar ke mana pun lagi dan akhirnya mereka musnah semuanya. Jung mereka ditenggelamkan juga.

Sementara itu Aji Bedarah Putih segera hilang dengan gaib, entah kemana dan bersamaan dengan gaibnya putri, maka gaib pulalah Sumur Air Berani, sebagai kekuatan tenaga sakti kerajaan itu. Tempat Jung Raja Cina yang tenggelam dan lautnya yang kemudian mendangkal menjadi suatu daratan dengan padang luas itulah yang kemudian disebut hingga sekarang dengan nama Danau Lipan.

1 comment:

SEARCH